Impian kita sebagai seorang gamer sebenarnya sangat sederhana jika membicarakan masalah film adaptasi ini. Kita hanya menginginkan film yang benar-benar menggambarkan judul yang disandangnya. Jika memang bisa menyesuaikan plot, sesuaikanlah! Jika mampu menciptakan karakter yang mirip, ciptakanlah! Akan lebih baik lagi jika sampai mampu menghasilkan pengalaman yang sama seperti saat memainkannya. Tetapi, apa yang justru sering kita dapatkan? Kekecewaan besar.
Sulit sekali menemukan film adaptasi game, khususnya yang berasal dari Hollywood yang berakhir dengan rasa puas para gamer yang menontonnya. Kebanyakan yang hadir justru mendapatkan pembelokan plot dan karakter yang membuat keseluruhan cerita menjadi kacau balau. Apakah sebegitu sulitnya menciptakan sebuah film yang sesuai dengan gamenya? Sepertinya iya, karena 7 film adaptasi game terburuk ini akan memberikan Anda sedikit gambaran.
7. Resident Evil
Ini mungkin film adaptasi game terburuk yang masih menyisakan banyak tanda tanya di benak saya pribadi. Pertanyaan terbesarnya adalah: mengapa orang-orang masih singgah ke bioskop dan menonton film ini, membuatnya berkembang menjadi sebuah sekuel tanpa mutu? Resident Evil 1 dan 2 mungkin merupakan puncak kejayaan seri ini. Walaupun karakter utamanya, Alice, tidak pernah muncul di versi video gamenya, saya masih melihatnya sebagai serial spin-off yang sangat menarik. Namun, ketika Resident Evil Extinction dan Afterlife lahir dengan plot yang terasa sangat dipaksakan, film ini tampak “murahan”. Aksi yang sedikit, cerita tidak jelas, akting yang buruk. Saya lebih jatuh cinta dengan Resident Evil versi CGI-nya Capcom.
6. Dead or Alive
Ini adalah sebuah dilema. Dead or Alive memang film yang sangat buruk. Jalinan cerita di dalam film plus pertarungan yang dihadirkan harus diakui memang kelas rendahan. Visualisasi karakternya juga mengecewakan, apalagi karakter Kasumi benar-benar tampak jauh berbeda. Karena hal tersebut, saya memasukkan film ini ke dalam list. Namun harus diakui, Dead or Alive versi film ini mampu menghadirkan pengalaman yang sering dirasakan oleh pria ketika memainkan game ini. Sensualitas yang dijual membuat saya cukup menikmati film ini hingga akhir.
5. Street Fighter: The Legend of Chun-Li
Film ini seharusnya tidak pernah lahir sama sekali. Setelah Street Fighter zaman dulu yang terbilang buruk, saya menaruh harapan yang cukup besar kepada Street Fighter: The Legend of Chun Li yang tentunya hadir dengan teknik dan teknologi yang sudah jauh lebih berkembang. Apalagi, rencana untuk menghadirkan “plot” Street Fighter dalam lingkup dunia nyata juga tampil sangat menarik. Namun, apa yang dibawa oleh film ini? Film aksi; itu saja. Sebagai seorang gamer, saya tidak merasakan apa pun yang terkait dengan Street Fighter. Mengecewakan!
4. King of Fighters
Lagi-lagi sebuah film berdasarkan genre fighting yang harus masuk ke dalam list. King of Fighters buatan SNK merupakan game fighting legendaris dan fenomenal. Siapa yang tidak mengenal Mai Shiranui? Atau Andy dan Terry Boggard? Hampir semua gamer mengenal mereka. Tetapi, ketika nama besar seperti ini harus jatuh ke tangan Hollywood? Saya bahkan hampir menutup mata saat harus menontonnya. King of Fighters versi movie ini sama sekali tidak dapat dinikmati. Akting buruk, karakter yang jelek, plot yang aneh luar biasa. Dua jempol ke bawah!
3. Doom
Wow, Doom! Itu mungkin reaksi pertama saya ketika mendengar game ini akan dibuat versi film layar lebarnya. Siapa yang tidak mengenal Doom? Salah satu game FPS terbaik yang pernah ada tersebut selalu berhasil membawa ketegangan dan sedikir rasa takut ketika memainkannya. Apalagi ketika saya mendengar The Rock dari WWE akan menjadi pemeran utamanya. Sebagai penggemar berat Doom dan WWE, ini adalah kombinasi maut untuk membuat hari saya cerah. Ketika menyaksikannya? Hari saya tak pernah lebih buruk lagi. Semuanya tampak kacau dan murahan, bahkan The Rock-nya sendiri. Ini seperti film Alien dengan budget 1/1000 milik Cameron.
2. Super Mario Bros
Game terbaik belum tentu melahirkan film yang sama baiknya. Game terbaik melahirkan film terburuk, itu lebih mungkin untuk terjadi. Super Mario Bros yang lahir di tahun 1993 adalah salah satu bukti yang paling nyata, sekaligus sebagai monumen awal lahirnya film-film adaptasi game berkualitas sama hingga kini. Semuanya terasa salah di film ini. King Koopa yang berwujud manusia, Yoshi yang menyeramkan, setting kota modern, mobil mirip Twisted Metal, dan ledakan di sana-sini. INI BUKAN MARIO BROS!!!
1. Semua Film Karya UWE BOLL
Uwe Boll
Perhatikan dengan seksama wajah pria di atas. Apakah Anda sudah merasakan kekesalan yang membakar? Atau jangan-jangan Anda belum pernah mengenalnya sama sekali? Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh industri game dan film saat bersamaan hanya satu, mempercayakan hal tersebut kepada Uwe Boll, yang kebetulan adalah pria di atas. Dia adalah mimpi buruk bagi kita semua. Apakah saya terlalu berlebihan? Sama sekali tidak, karena Uwe Boll memang sebuah mimpi buruk yang hidup. Apa pun perannya di dalam sebuah film, entah itu sebagai produser, sutradara, penulis naskah, atau tukang sapu sekali pun (yang ini mungkin berlebihan), film tersebut pasti akan hancur berantakan. Karya-karyanya adalah bukti yang paling nyata.
Yang membuatnya semakin buruk? Uwe Boll sangat tertarik untuk mengadaptasi game ke dalam film. Lihat saja karya-karyanya yang “fenomenal”. Apakah Anda pernah marah ketika menyaksikan Blood Rayne atau Far Cry? Atau mungkin Anda merasa bingung menyaksikan Alone in The Dark dan House of The Dead? Atau Anda jangan-jangan sempat muntah menyaksikan film Dungeon Siege? Semua game keren tersebut hancur berantakan di tangan Boll, seketika. Sayangnya, mimpi buruk ini juga tidak akan cepat berakhir karena Boll adalah orang yang pantang menyerah. Ia berjanji akan terus menghasilkan film-film yang diadaptasikan dari game, dan anehnya beberapa perusahaan publisher masih mau membiayai dirinya. Oh tidak! Jika harus disandingkan dengan dunia game, Uwe Boll mungkin bos tersulit yang harus dikalahkan oleh para gamer untuk menamatkan sebuah game.
Sekian adalah 10 list film adaptasi game terburuk sepanjang masa, yang tentu saja pernah saya saksikan sendiri (sayangnya). Aneh memang jika kita melihat film-film yang bisa menghabiskan dana hingga jutaan dollar seperti ini ternyata hanya menghasilkan sesuatu yang sama sekali tidak bisa dinikmati. Bandingkan dengan film-film fan-made berbudget rendah yang harus diakui malah memiliki kualitas berkali lipat lebih baik. Apakah ini masalah passion? Atau para insan film (khususnya Uwe Boll) memang tidak pernah memainkan game sebelumnya?
Friday, April 22, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment